Wayang

Menurut gw, seorang dalang adalah pelaku stand up comedy yang berada pada level tertinggi diantara sesama pelaku stand up comedy lainnya. Memerankan banyak karakter, memainkan banyak watak, pandai merubah suara sebanyak karakter yang dimainkannya, merubah intonasi suara semudah ia menggerakkan wayang ditangannya, bercerita, berpidato, berceramah, bahkan sampai bernyanyi semua dilakukannya sendiri dengan tanpa sampai kehilangan konsentrasi akan alur cerita yang dimainkannya dan tanpa kehilangan kendali akan semua wayang yang ada ditangannya. Jika dalam dunia perfilman, dalang adalah sutradara sekaligus penulis naskah yang juga merangkap menjadi koreografer sekaligus menjadi pemeran utama dan figuran. Dalang, …amazing.

Gw adalah penikmat pertunjukan wayang, terutama wayang golek tapi bukan penikmat pertunjukkan wayang orang. Mungkin karena pengguna Bahasa Sunda makanya lebih memfavoritkan wayang golek. Selain itu, wayang golek lebih ‘3D’ dan inovatif. Setidaknya pada waktu itu. Sebuah wayang golek jika sedang dipukuli oleh wayang golek lainnya bisa memuntahkan isi perutnya. Atau pada saat terkena sabetan senjata, kepala sebuah wayang golek bisa terbelah dan memancarkan darah. Sebenarnya sangat kejam, tapi melihat semua itu merupakan suatu kelucuan yang bisa membuat banyak orang tertawa terpingkal-pingkal. Wayang kulit-pun kadang gw nikmati, jika hanya dalangnya menggunakan Bahasa Indonesia dalam dialognya. Tapi kadang dengan melihat gestur dari wayang dan dari sedikit kata-kata yang bisa mengerti, gw bisa menerka apa yang terjadi dengan dalam cerita yang sedang dibawakan.

Asep Sunandar Sunarya adalah dalang favorit gw, atau lebih tepatnya dalang yang paling sering gw tonton karena paling sering muncul ditelevisi. Dan tokoh wayang golek favorit gw adalah Cepot, dan gw yakin sebagian besar penikmat wayang golek lainnya setuju dengan gw. Yang paling gw ingat dari Asep Sunandar Sunarya adalah suaranya pada saat membawakan tokoh Cepot, dan perkataan yang paling sulit dilupakan adalah “tulung-tulung”. Mengingat perkataan Cepot ini saja cukup untuk membuat gw tertawa. Suara Cepot yang diperankan oleh Asep Sunandar sepertinya sudah menjadi ciri khas dari  Cepot itu sendiri. Dalang-dalang sekarang ini banyak mengikutinya.

Demi menonton lakon wayang yang disiarkan melalui televesi membuat gw harus begadang. Menonton sendirian saat anggota keluarga lainnya sudah terbuai mimpi sudah biasa gw lakukan. Emak gw sering menunjukkan ketidak setujuannya terhadap kegiatan nonton malam gw, alasan apalagi kalau bukan mengganggu kegiatan belajar gw disekolah keesokan harinya. Tapi kebiasaan gw begadang untuk menonton lakon wayang golek bukan tanpa hasil, sekarang ini gw tidak punya masalah untuk menonton pertandingan sepak bola sepagi apapun tanpa kemudian membuat gw merasa ngantuk ditempat kerja.

Walau gw suka nonton lakon wayang golek, tapi gw punya ketakutan tersendiri untuk menontonnya secara langsung. Dulu ada kepercayaan, konon, jika kita menonton wayang golek secara langsung maka kita harus menontonnya  sampai selesai. Jika kita pulang sebelum lakonnya selesai dan kita sudah pulang maka kita akan dihantui selama perjalanan pulang. Apalagi pementasan wayang golek biasanya dilakukan malam hari, makin membuat kepercayaan ini semakin horror. Bicara soal horror, gw ada pengalaman terkait dengan wayang golek. Tetangga gw memiliki hiasan berupa sebuah wayang golek, Gatot Kaca, diruangan tamunya. Sang Gatot Kaca berpose dengan gagahnya didalam lemari kaca layaknya ikan didalam akuarium. Waktu itu gw diusia sebelum masuk ke Taman Kanak Kanak. Gw bermain menjadi seorang dalang dan melakukan dialog dengan suara yang dimirip-miripkan dengan suara yang sepengetahuan gw adalah suara Gatot Kaca. Disuatu saat, tiba-tiba kepala dari sang Gatot Kaca menoleh ke arah gw. Tidak mungkin ada yang menggerakkan dengan sengaja. Entah halunisasi atau sekedar imajinasi gw, tapi hal ini membuat gw ketakutan. Gw lari pulang meninggalkan rumah tetangga gw, dan terpaksa terjatuh terjerembab dihalaman rumah tetangga gw. Gw menangis hingga membuat tetangga gw harus merayu gw dengan segala cara agar gw bisa berhenti menangis. Tapi untunglah kejadian ini tidak mempengaruhi kesukaan gw nonton wayang golek dikemudian hari.

Sudah lama gw tidak menonton pementasan wayang. Tadi, sekitar 4 jam lalu disaat gw bosan dengan kebanyakan program acara televisi yang disajikan, sebuah stasion televisi lokal menyiarkan pementasan wayang kulit Bali. Sekitar 30 menit gw toton acara tersebut. Walau tidak mengerti dialognya sama sekali, tapi mendengar suara tawa dari penontonnya membuat gw iri sekaligus membuat gw ikut tertawa.

Pos ini dipublikasikan di Cerita, Opini otak pas-pasan dan tag , , . Tandai permalink.

tinggalkan pesan